Jika umumnya sepeda dibuat dari rangka besi, di Temanggung, Jawa Tengah, pohon bambu ternyata dapat dibentuk dan dirancang menjadi sebuah rangka sepeda. Terciptanya produk lokal ini pun mencetuskan gerakan bersepeda pagi. Berikut liputannya.
Berawal dari kegiatan bersepeda bersama keluarga di jalan pedesaan, Singgih S Kartono, warga desa Kandangan, kabupaten Jawa Tengah mendesain sepeda bambu. Sepeda bambu ini telah mencetuskan gerakan bersepeda pagi.
Gerakan sepeda pagi pun menjadi inspirasi nama sepeda bambu singgih. Dan muncullah nama “Spedagi,” singkatan dari bersepeda pagi. Spedagi merupakan rancangan sepeda bambu yagn ke tiga bagi Singgih. Meski materi bambu tak lazim untuk produk sepeda, namun sepeda gigi tergolong kokoh. Bahkan daya angkut spedagi mencapai 80 kilogram.
Singgih S Kartono, pencipta Spedagi, “Dari sekian kali saya mengembangkan produk desain sepeda bambu ini, ada sekitar sudah sampai proto type yang ke 9. Selama waktu kurang lebih setahun dan saya menemukan bahwa tidak pernah ada komponen bambu yang patah. Hanya terjadi retak-retak di sambungannya. Jadi, ini membuktikan bahwa mampu sebenarnya material yang sangat kuat yah.”
Bambu bukanlah satu-satunya bahan pembuatan Spedagi. Pada bagian poros sepeda singgih menggunakan besi. Alumnus institut teknologi Bandung ini optimistis Spedagi bisa menyatukan warga desanya di desa Kandangan.
Singgih S Kartono, pencipta Spedagi, “Saya menggunakan sepeda bambu ini menjadi sebuah alat untuk menarik orang untuk datang ke desa dan bersama masyarakat untuk menjalankan proyek-proyek pengembangan atau proyek-proyek provitalisasi desa. Nama kegiatan nya kemudian saya namakan Spedagi dan spedagi itu sendiri kemudian menjadi brand bagi sepeda yang saya buat yah. Sepeda Bambu.”
Saat ini Spedagi dijua terbatas dan dalam pengembangan proyek wisata sepeda di desa. Dana Kencana, Berita Satu, Temanggung, Jawa Tengah.
Video:
Foto:
Berawal dari kegiatan bersepeda bersama keluarga di jalan pedesaan, Singgih S Kartono, warga desa Kandangan, kabupaten Jawa Tengah mendesain sepeda bambu. Sepeda bambu ini telah mencetuskan gerakan bersepeda pagi.
Gerakan sepeda pagi pun menjadi inspirasi nama sepeda bambu singgih. Dan muncullah nama “Spedagi,” singkatan dari bersepeda pagi. Spedagi merupakan rancangan sepeda bambu yagn ke tiga bagi Singgih. Meski materi bambu tak lazim untuk produk sepeda, namun sepeda gigi tergolong kokoh. Bahkan daya angkut spedagi mencapai 80 kilogram.
Singgih S Kartono, pencipta Spedagi, “Dari sekian kali saya mengembangkan produk desain sepeda bambu ini, ada sekitar sudah sampai proto type yang ke 9. Selama waktu kurang lebih setahun dan saya menemukan bahwa tidak pernah ada komponen bambu yang patah. Hanya terjadi retak-retak di sambungannya. Jadi, ini membuktikan bahwa mampu sebenarnya material yang sangat kuat yah.”
Bambu bukanlah satu-satunya bahan pembuatan Spedagi. Pada bagian poros sepeda singgih menggunakan besi. Alumnus institut teknologi Bandung ini optimistis Spedagi bisa menyatukan warga desanya di desa Kandangan.
Singgih S Kartono, pencipta Spedagi, “Saya menggunakan sepeda bambu ini menjadi sebuah alat untuk menarik orang untuk datang ke desa dan bersama masyarakat untuk menjalankan proyek-proyek pengembangan atau proyek-proyek provitalisasi desa. Nama kegiatan nya kemudian saya namakan Spedagi dan spedagi itu sendiri kemudian menjadi brand bagi sepeda yang saya buat yah. Sepeda Bambu.”
Saat ini Spedagi dijua terbatas dan dalam pengembangan proyek wisata sepeda di desa. Dana Kencana, Berita Satu, Temanggung, Jawa Tengah.
Video:
Foto:
Singgih S Kartono, pencipta sepeda berbahan bambu atau Spedagi |
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/