Tuesday, February 6, 2018

Nur Handiah Taguba, pemilik Usaha Seni Kulit Kerang di Cirebon

Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.

Siapa yang menyangka sampah ternyata bisa menghasilkan karya unik yang memiliki nilai jual tinggi.
Iya Sati, seperti di Cirebon, Jawa Barat, seorang pengusaha memanfaatkan sisa kulit kerang sebagai bahan produk andalannya.

Lampu, Furniture, dan kreasi cantik lainnya ini bernilai jual tinggi. Siapa sangka bahan pembuatannya dari limbah. Kulit kerang jenis sinting yang menjadi sampah dimanfaatkan untuk membuat beragam kreasi unik ini.

Ditempat inilah kepingan cangkang kerang diproses. Tempat pengrajin yang berlokasi di Astapada, kec Tani Tengah, Cirebon, Jawa Barat ini sudah menghasilkan beragam karya seni kulit kerang sejak tahun 2000. Kulit kerang pertama akan dicuci bersih, setelah itu dipanaskan agar kulit lunak dan mudah dibentuk. Lalu mulai diwarnai dengan cat sesuai desain masing-masing produk. Tahap berikutnya kulit kerang diamplas agar halus. Dan hasilnya: bohlam lampu, lampu gantung, dan kreasi lainnya tampil cantik dan siap di jual.

Sebagian besar kulit kerang diperoleh dari pesisir pantai utara Jawa. Dalam 1 bulan produksi di tempat ini dibutuhkan 60 ton kulit kerang. Semua kreasi ini, berawal dari ide Nur Handiah Taguba memanfaatkan sampah.

Tak hanya tempat proses pembuatan, di tempat yang sama ia juga membuka toko untuk menjual hasil karyanya.

Nur Handiah Taguba, pemilik, “Ya, memang agak rumit yah. Tapi karena dari pengalaman yang berkembang dari hari ke hari. Akhirnya kami temukan satu per satu temuan-temuan di lapangan, sehingga menjadi terbentuk desain-desain semacam ini. Mungkin ada 3.000 atau 4.000 desain yang udah kita luncurkan dan itu diterima di pasar global.”

Produknya dibanderol mulai 200 ribu hingga belasan juta rupiah. Dan kini, produknya sudah terjual hingga Amerika Serikat, Benua Eropa, dan wilayah Asia. Tak hanya untuk keuntungan pribadi. Memanfaatkan kulit kerang sejak 14 tahun lalu, cukup membantu nelayan di pesisir pantai utara Jawa untuk menambah penghasilan dengan menjual kulit kerang. Selain itu, usaha Nur Handiah turut membantu mengurangi sampah laut di sebagian pantai utara Jawa.


Video:



Foto:


Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.


Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.



Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.



Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.



Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.



Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.

 
Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.

Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.

Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.


Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.


Nur Handiah dan suaminya, Jaime Taguba mengaku beruntung menemukan bisnis kerajinan kerang, karena sebelumnya keahliannya adalah kerajinan mebel. Namun perjalanan bisnis kerajinan mebel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Ada banyak masalah dan tekanan datang dari pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin lama semakin tak nyaman bekerja. “Sampai suatu ketika saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan rumah saya tak jauh dari pesisir— dan melihat begitu banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah bisa mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi waktu itu saya belum tahu mau diapakan kerang simping itu,” tutur Maskuri.



Artikel terkait:

http://ekonomi.kompas.com/read/2010/06/14/15080225/Meraup.Dollar.AS.dari.Kulit.Kerang
http://regional.kompas.com/read/2016/07/01/09192891/memuliakan.sampah.kerang
http://www.radarcirebon.com/kartini-masa-kini-hj-nur-handiah-mengolah-sampah-jadi-barang-cantik.html
https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/2726783/di-tangan-nur-limbah-kulit-kerang-jadi-perabot-cantik-bernilai-tinggi
https://finance.detik.com/solusiukm/2066485/kerang-made-in-cirebon-terbang-hingga-ke-eropa--amerika
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/08/08/transformasi-limbah-laut-menjadi-komoditas-ekspor
http://mikronews.com/ketelatenan-nur-mengolah-kulit-kerang/
http://kangchoen.blogdetik.com/2015/06/26/menyulap-kulit-kerang-menjadi-dollar-2
http://www.pengusaha.us/2017/05/rahasia-bisnis-kerang.html
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/02/28/di-tangan-nur-sampah-kulit-kerang-jadi-bernilai
http://www.cybertokoh.com/news/2017/06/08/5545/prospek-cerah-bisnis-kerajinan-kerang-simping.html
http://kesehatan.kontan.co.id/news/nur-sabar-dan-telaten-mengolah-kulit-kerang
http://www.mtw.or.id/wirausaha-kerajinan-kerang-simping/
https://lifestyle.okezone.com/read/2013/05/07/408/803731/berkunjung-ke-rumah-kerang-nan-unik-di-cirebon
http://www.viva.co.id/berita/bisnis/710324-mendulang-dolar-as-dari-kreasi-kulit-kerang
http://lifestyle.bisnis.com/read/20130311/106/3054/pameran-kerajinan-multi-dimensi-tawarkan-kulit-kerang

No comments:

Post a Comment

Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Labels

Acara Masak Memasak (2) Adang Muhidin (8) Aeromodelling (1) Afrika (1) Agristream TV (1) AGTV News (1) Ahmad Fajri (1) Air Terjun (1) Akar (4) Akar Bambu (5) Aksesoris (4) Alat Musik (15) Anggur (1) Angklung (10) Antara News (11) AnTV (3) Anyer Bakery (1) AR Channel (1) Arab Saudi (1) Asep Sancang (2) Bajaj (1) Bali (12) Balik Papan (3) Bambang Sudarsono (4) Bambootronic (1) Bambu (35) Ban Bekas (2) Bandung (17) Banten (3) Banyuasin (1) Banyuwangi (2) Batik (2) Batu (1) Batu Bara (1) Bawang (2) Beijing (2) Bejo Wage Suu (3) Bekas (2) Belajar (1) Belfast (1) Belgia (1) Berita Satu (5) Berlin (2) Biola (1) Blitar (2) Blogspot (3) Blora (1) Bogor (2) Boneka (3) Boneka Telur (1) Bonggol Bambu (1) Boyolali (1) Brussel (1) Buah dan Sayuran (2) Budaya (2) Burung (6) Bus (1) Busana dan Pakaian (3) Cangkang Telur (8) Ciamis (5) Cina (4) Cirebon (2) Cismi Cikwati (2) Clay (1) CNN Indonesia (4) Daai TV (1) Dandung Santoso (1) Daniel Vogel Essex (1) Dapur (1) Daun (4) Deli Serdang (1) Den Pasar (3) Depok (3) Desa Setulang (1) Detik News (1) Dewi Kocu (3) Didi Diarsa Adiana (4) Dokter (1) Dokter Gigi (1) Dot Art (1) Drum (1) Eceng Gondok (2) Eropa Tengah (1) Erosiska Cantika (2) Es Krim (12) Es Krim Buah (4) Es Krim Sayur (9) Facebook (10) Fajrin Aziz (2) Festival (1) Filipina (1) Flora dan Fauna (3) Florenzia Zea (2) Forklift (1) Froz Banana (1) FruChips (1) Fruit Carving (16) Gabus (1) Gadjah Mada (1) Game (1) Ganda Suganda (1) Ganda Suhanda (2) GeoLive (1) Ghana (1) Gianyar (1) Giasa Lutfiah (1) Gilang Mobyar (2) Gitar (4) Gitar Batik (1) Gorontalo (1) Gratis (1) Gresik (1) Gunung Kidul (1) Guru (1) Handphone (1) Helm (1) Herman (1) Hidroponik (3) HOw to (4) Ice Carving (1) Indonesia Morning Show (2) Indosiar (3) Indramayu (1) iNews TV (1) Instagram (4) IPB (Institut Pertanian Bogor) (1) ITS (1) Jagung (1) Jakarta (8) Jakarta Timur (2) Jakarta Utara (1) Jam Tangan (3) Jambu Kulon (1) Jasa Sewa (1) Jatnika Nangga Mihardja (2) Jatnika Nangga Miharja (5) Jawa Barat (28) Jawa Pos TV (1) Jawa Tengah (16) Jawa Timur (40) Jelekong (8) Jember (6) Jepang (2) Jepara (1) Jerman (2) Jombang (2) Kabar Kampus (1) Kain (2) Kaleng (7) Kaligrafi (3) Kalimantan (6) Kalimantan Barat (1) Kalimantan Timur (3) Kalimantan Utara (2) Kanada (1) Kapal Laut (1) Kardus (1) Karung (5) Karung Goni (11) Kayu (14) Kebumen (1) Kedai (1) Kediri (4) Kelapa (11) Kelapa Gading (1) Kelinci (2) Kenari (1) Kendaraan (5) Kendaraan Listrik (2) Kerajinan (35) Kerajinan Tangan (12) Kerang (5) Kerikil (1) Keripik (1) Kertas (2) Klaten (1) Koki (1) Kompas TV (13) Kompetisi (8) Komputer (1) Kontes (1) Kopi (2) Korek Gas (1) Kue Cubit (1) Kulit Telur (1) Kulit Ular (1) Kulon Progo (1) Kursi (1) Kusnudin (2) Kuta (1) Kutai (1) Lamongan (2) Lampion (1) Lampu Hias (5) Lampung (5) Lego (1) Lembaga sosial (1) Lilin (1) Limbah (5) Liputan 6 (5) Liputan Kota (1) Lius Kasdianto (1) Lomba (1) Lukis Telur (2) Lukisan Kaleng (2) Madiun (1) Madrasah (1) Magelang (3) Mahasiswa (1) Mainan (1) Makanan dan Minuman (4) Makassar (1) Malang (1) Malinau (1) Maluku (1) Mandau (1) Masbash (4) Medan (6) Meksiko (1) Merajut (3) Mesin Cuci (1) Mesir (1) Metro TV (37) Miniatur (15) Minuman Teh (1) MNC TV (2) Mobiloo (1) Modifikasi (1) Molis (1) Motor (3) Motor Gede (1) Motor Listrik (3) Muklis Abdul Kholik (5) Museum (1) NDtv (1) Net TV (55) Nganjuk (2) Ngawen (1) Ngawi (2) Ngemplak (1) Novie Simon (4) Oey Min Lan (1) Pacitan (1) Padang (3) Padang Sarai (1) Pagi Pagi (1) Palembang (2) Panjalu (1) Pantai (1) Paper Cutting (3) Papitakidsnews (1) Paskah (1) Pasuruan (2) Penangkaran Burung (3) Pendidikan (4) Penenun (2) Pengrajin (2) Pensil (1) Penyiar (5) Pepaya (1) Perancis (1) Perpustakaan (1) Pertanian dan Perkebunan (1) Pesawat (1) Peternakan (2) Pikiran Rakyat (1) Pinrang (1) Pipa (1) Pirografi (2) Pisang (1) Pluit (1) Pointilisme (1) Ponorogo (1) Pot Hias (2) Praha (1) Pringsewu (1) Probolinggo (1) Pulang Kampung (1) Pulau (1) Pulau Buton (1) Pulau Morotai (1) Purbalingga (2) Purwakarta (2) Pustaka Gerobak Sapi (1) Radar TV News (1) RCTI (2) Robot (2) Rohimat Hermawan (1) Rotan (8) Rotan Karakter (6) Rumah (5) Rumah Bambu (5) Rumah Kayu (1) Rumah Tangga (5) Sakti TV (1) Salak (2) Salatiga (3) Sampah (1) Sandal (1) Sapa Indonesia (5) Sarung (9) Sarung Goyor (11) Sarwidiyanto (3) Sawah Lunto (1) Sedotan (1) Sejarah (2) Sekolah (3) Selis (2) Semarang (3) Seni Decoupage (9) Seni Lukis (27) Seni Pahat (4) Seni Tari (1) Seni Ukir (12) Sepatu (1) Sepeda (17) Sepeda Bambu (10) Sepeda Kayu (5) Sepeda Listrik (17) Seputar Indonesia (1) Serbuk (1) Shanghai (1) Siluet Art (2) Sindhu Prasastyo (3) Sindo News (4) Singgih S Kartono (2) Singkong (1) Siswa (1) Skuter (1) Sleman (1) SMA (1) Snack (1) Solo (12) Solo Pos TV (6) Somalia (1) Songket (1) Sragen (2) Sri Sulastri (3) Sri Wahyuni Handayani (2) Sriwijaya TV (1) Sukabumi (2) Sukoharjo (7) Suku Dayak (6) Sulawesi (3) Sulawesi Selatan (4) Sulawesi Tengah (1) Sulawesi Tenggara (1) Suling (1) Sumatera (2) Sumatera Barat (3) Sumatera Selatan (3) Sumatera Utara (6) Sumbawa (1) Surabaya (6) Surabaya TV (1) Surf (1) Susilowati (3) Sutrisno (1) Swiss (1) Taiwan (1) Tampaksiring (1) Tangerang (2) Tato (1) Taufik Kurohman (1) Tawang Sari (2) Tebet (1) Teguh Joko Dwiyono (2) Teknologi (3) Telepon (1) Teluk Naga (1) Telur (9) Telur Paskah (1) Temanggung (3) Tempo TV (2) Tenaga Surya (1) Timlo TV (1) Tiongkok (1) Tips & Trik (1) Tonight Show (1) Tradisional (1) Trans 7 (10) Transportasi (2) Tuban (1) Tulung Agung (4) TV Bisnis (2) TV One (1) Twitter (2) Ukir Telur (1) Ukiran (5) Ukraina (1) Unik & Lucu (2) Universitas (3) Unyil (4) Vancouver (1) Video 02 (17) Video 04 (3) Video 05 (16) Viva News (1) Wahyu Kristanto (1) Wajo (1) Wawancara (4) Way Haru (1) Wayang (1) Website (4) Wetz Shinoda (1) Winarto (3) Winawan Mardi (2) Wine (2) Yaman (1) Yogyakarta (11) You Tube (5)