Dimulai rasa keprihatinannya terhadap bambu yang seringkali tidak dihargai, Adang bertekad untuk menjadikan bambu sebagai simbol kemapanan.
Adang Muhidin, Ketua Indonesian Bamboo Community, “Bagi saya, bambu itu cinta. Ya itu. Karena dengan cinta keberagaman bisa jadi apapun. Mangkanya saya selalu mendengarkan isteri, anak dan lingkungan.”
Perjalanan Adang untuk meraih kesuksesannya tidak lah mudah. Dulu dia sempat menyia-nyiakan masa mudanya kala menempuh S1 di Universitas Jenderal Ahmad Yani. Tidak hanya malas, ia juga sempat menjadi preman yang ditakuti di kawasan alun-alun Cimahi hingga ia memiliki sebutan sebagai Adang Macan. Namun ia sadar, ia tak mungkin selamanya begitu. Dan kala ia melihat teman sepermainannya meninggal, ia bertekad untuk berubah. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Jerman.
Read more:
Berkat Sejarah Bambu: Pak Adang Muhidin, 42, Mau Bekerjasama dengan para PENGANGGURAN
Demi mewujudkan keinginan tersebut, ia berjualan roti bakar selama 1 tahun untuk bekal kehidupannya di Jerman nanti. Sesampainya di Jerman, ia sempat bekerja selama 1,5 tahun sebelum akhirnya ia kuliah di bidang ilmu pasti di Universitas Fachhochschule Südwestfalen.
Adang Muhidin, Ketua Indonesian Bamboo Community, “Saya itu, kalau kuliahnya 1 tahun 3 bulan. Pasca sarjana 1,3 tahun, biasanya orang 2,5 tahun yah. 1,3 tahun, sisanya saya kerja. Tesisnya itu Mikrobiologi Corution. Perlindungan korusi dengan mirkobiologi, itu ajalah gampangnya.”
Kini, bersama komunitas yang dibentuknya, yakni Indonesia Bamboo Community dan produk-produk yang dikenal dengan mana virage awi, ia dapat menjadikan bambu sebagai produk yang memiliki nilai jual tinggi.
“Bambu adalah cinta, karena mencintai bambu kita bisa menjadikan bambu sebagai trend center, dan inovasi-inovasi yang baru untuk bermanfaat bagi orang banyak. Harapan ke depan, itu ada beberapa harapan untuk 5 tahun kedepan dan 15 tahun dan 25 tahun ke depan.”
“Mungkin untuk 5 tahun yang pertama, kita akan menjadikan suatu orkestra bambu yang pertama. Yang kesemua alat musiknya, semua dari bambu, mulai dari gitar, bas, biola, angklung, karinding dan piano. Jadi ini yang pertama di dunia. Jadi kita ingin memperkenalkan kepada dunia, dengan Indonesia banyak bermunculan orang-orang yang kreatif dan inovatif.”
Video:
Foto:
Pak Adang Muhidin, Universitas Fachhochschule Sudwestfalen, dan
Alat Musik Bambu
|
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/