Terima kasih anda masih bersama kami di Net 12.
Dalam seni paduan titik-titik bisa menjelma menjadi sebuah kreasi cantik.
Ya, karya seperti ini berjuluk dot art atau pointilisme. Di tanah air, seni titik berkembang pesat salah satunya di Salatiga, Jawa Tengah.
Aneka pernik cantik berhias ragam corak dengan pola bertitik-titik. Inilah kreasi yang tengah naik daun di SalaTiga, Jawa Tengah.
Dot Art furniture, alias perkakas rumah tangga beraplikasi seni titik. Penggagasnya Setio Budi. Tak hanya sendiri, ia mengajak serta seniman lukis lain untuk mengembangkan karya ini.
Berna Dian, wartawan Net 12, “Teknik Dot Art mulai berkembang di wilayah Bali dan Lombok. Namun teknik Dot Art yang berkembangkan oleh kelompok pelukis ini, lebih berani mengedepankan rangkaian warna dan motif yang lebih menarik.
Teknik lukis metode Dot Art sebenarnya telah ada sejak awal 1886. Nama populernya: pointilism. George piece and Paul Dignem adalah 2 orang pelukis asal Paris, Perancis yang menciptakannya sebagai pengembangan aliran impresionisme. Karya legendaris mereka diantaranya lukisan berjudul, “Circus Sideshow” dan “Sunday afternoon on teh island of La Grande Jatte.”
Dari benua biru dengan berbagai teknik dan metode, pointilisme alias dot art berkembang ke berbagai belahan dunia. Termasuk Indonesia. Setia Budi sendiri mulai serius mengaplikasi seni ini sejak 2 tahun lalu. Media utamanya kayu serta berbagai produk kayu.
Berna Dian, wartawan Net 12, “Waduh, ternyata tak semudah yang kita lihat. Butuh ketelitian dan kesabaran ketika menumpahkan cat agar tidak terlalu banyak, karena cat terlalu banyak dapat merusak motif yang sudah ada.”
Melukis Dot Art di atas permukaan furnitur kayu cukup rumit pada bangku seperti ini misalnya. Tahapannya pertama, melapis media yang sudah halus teramplas dengan cat dasar. Tujuannya supaya hasil lebih rata dan cat lukis bisa menempel sempurna. Lalu jemur hingga kering.
Setyo Budi, pelukis Dot Art, “Selanjutnya itu painting. Nah disitu kita menggunakan kuas, terus kita beri motif. Motif apa yang kita inginkan. Motif apa yang menurut dipasaran itu diterima.”
“Setelah pemotifan selesai, baru kita proses ke dot artnya. Jadi dari motif yang sudah kita bikin tadi, kita ikuti pelan-pelan, kita dot pelan-pelan sesuai motif yang sudah kita bikin. Sampai proses dot art itu selesai dan lolos Kiusi, baru kemudian masuk ke proses finishing.”
Budi memilih cat berbahan dasar senyawa air, agar mudah dibersihkan jika tumpah. Penggunaan warna bebas. Berani memadu padan akan hasilkan nuansa baru. Gambar juga bisa tampil lebih hidup.
Setyo Budi, pelukis Dot Art, “Di bagian yang jelas untuk kualitas Dot Paint nya, Dot Art nya. Tapi itu, terus yang kedua, kita juga punya keunggulan dari kualitas furnish nya mbak. Jadi dari beberapa yang pernah kita lihat, itu kualitas furnish mereka itu cuma asal-asalan. Itu hanya beberapa lapis. Jadi benar-benar hanya melindungi dan mempercantik, serta memperkilap.”
Dan seperti inilah hasilnya. Berfokus utama pada furniture, Budi juga hadirkan aneka produk lain bertitik-titik cantik. Sementara galeri berlokasi di jalan KaliGawe, Semarang, Jawa Tengah. Pengunjung yang datang, rata-rata langsung jatuh cinta pada rona coraknya. Sebagian lagi tak tahan akan godaan unik motifnya.
Hannah, pembeli, “Kerajinannya lucu yah, bagus, rapi, terus desainnya menarik. Tradisional, tapi cenderung moderen. Ada sih pernah lihat mungkin di kota lain, tapi lebih moderenan disini lebih rapi. Emang kayaknya kelasnya lebih lain yah. Kalau yang disana emang mungkin lebih murah, tapi lebih berantakan. Terus kayaknya gambar-gambarnya itu-itu aja.”
Selain di galeri, pemasaran kreasi Dot Art juga berlangsung via internet dan sejumlah media sosial. Itu sebabnya, karya salatiga ini menyandang predikat produk lintas negara. Harganya mulai 15 ribu hingga 400 ribu rupiah per buah. Galeri Dot Art buka setiap hari pukul 10 pagi hingga sore hari.
Video:
Foto:
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/