Bermula dari ide saat menginjak cangkang telur bekas isterinya memasak nasi goreng, Teguh Joko Dwiyono mulai berpikir bahwa cangkang telur memiliki nilai seni yang tinggi. Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, Dwiyono telah berkreasi dengan cangkang telur sejak 1998 lalu. Dengan menempelkan cangkang telur di media kayu, kramik, serta kanvas, hingga memunculkan nilai seni yang indah tanpa merubah warna asli dari cangkang telur. Dipasarkan mulai harga 10 ribu hingga puluhan juta rupiah, produk dari cangkang telur ini telah mendunia.
Teguh Joko Dwiyono, pemilik usaha cangkang telur, “Amerika – Eropa sih, yang paling banyak Amerika – Eropa. Karena memang kita bikin test nya, test orang sana. Jadi sebelum saya membuat suatu produk, itu mempelajari dulu. Market nya mau kemana, kebetulan market sasaran saya sih Amerika-Eropa yah. Yang pas gitu. Saya coba dulu test nya orang sana, karakteristik nya orang sana. Saya ngambil konsepnya apa ?? Etnik kebetulan yah. Kalau etnik, orang etnik disana, kesukaannya apa gituh. Warnanya, bentuknya dan lain-lain nya. Terus musim juga kita pelajari. Disana ada 4 musim, mangkanya produk yang saya lempar kesana harus tahan 4 musim.”
Dwiyono tidak hanya berbekal keterampilan saja. Ia telah mempelajari karakteristik, kandungan, filosofi, serta pesan moral dari cangkang telur selama 2 tahun, sebelum ia terjun sebagai pengusaha cangkang telur.
Teguh Joko Dwiyono, pemilik usaha cangkang telur, “Kulit telur kan kesannya rapuh. Selama eksperimen 2 tahun itu saya dapatkan, mereka tahan gores, tahan air, tahan cuaca, tahan hama. Jadi kuat sekali. Tapi kesannya rapuh. Nah itu apa yang kita sampaikan. Orang berjiwa seperti kulit telur itu enggak sombong yah. Kesannya rapuh, dibalik kerapuhan menyimpan kekuatan yang luar biasa.”
Di tangan kreatifnya, cangkang telur ini dibersihkan kulit arinya. Setelah bersih dan kering, kulit telur dapat ditempel di media yang diinginkan, seperti kanvas, kayu, keramik, ataupun tanah liat. Selanjutnya proses pewarnaan. Cat yang digunakan pun, sesuai dengan media yang ditempel. Kemudian diamplas agar cat yang disemprotkan tidak menutupi warna asli cangkang telur. Untuk proses akhir, Dwiyono menyemprotkan pernis sebagai pelapis.
Berhasil meraih penghargaan dari museum rekor Indonesia di tahun 2005, serta partisipasi sebagai pembicara di beberapa seminar. Membuatnya semakin mendalami cangkang telur ini.
Video:
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/