Yak, kembali di Net 12 akhir pekan Silla. Saat nya bersantai, gimana kalau kita jalan-jalan ke Kampung Lumbung di Jawa Timur.
Ayo banget. Aku pernah tuh kesana. Seru banget Zein, seru tempatnya, nuansa nya juga ini ramah lingkungan dan yang pasti, khas suasana pedesaan.
Setuju sama kamu. Dengan bangunan inovatif dan kuliner-kuliner istemewanya. Lokasi wisata ini hadirkan surga relaksasi alami.
Di tengah hiruk pikuk kota wisata, tempat ini tawarkan sensasi rileks dan dari keasrian lingkungan, serta apa yang di miliki alam. Bagi yang jenuh dengan khas metropolitan, nuansa kampung ampuh berikan kesegaran.
“Disini pengunjung bisa lakukan aktivitas seperti yang dilakukan warga-warga kampung di Kota Batu jaman dulu.”
Sebagai dataran tinggi, batu tergolong ideal ditumbuhi kopi. Khusus di kampung wisata ini, biji-biji kopi terbaik nusantara tersedia dan siap ditumbuk. Memberi pengalaman baru buat orang-orang kota yang biasa menikmati kopi yang hanya tinggal seduh.
“Berat juga ternyata. Kalau jaman dahulu mau minum kopi, harus menumbuk biji kopinya disini. Tapi sekarang pembuatan kopi bisa lebih sederhana. Saya jadi pengen minum kopi nih. Kopi.” “Mas, kopinya satu yah. Makasih.”
Menyeruput kopi yang diproses otomatis di tengah nuansa kampung membuat khasiat anti oksidan kopi yang bisa bikin awet muda seolah makin terasa. Tak hanya aroma kopi yang bisa semangatkan hari, aroma sajian yang satu ini juga tak kalah menggoda. Nikmat seru Sego Bancakan.
“Puas dengan Sego Bancakan yah mbak. Boleh ikut makan ??”
Boleh
“Asyik.”
Namanya juga Bancakan. Jenis makanan pasti melimpah ruah. Bahan baku organik berpadu racikan bumbu nomor satu.
“Sego Bancakan adalah nasi dengan lauk pauk nya yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa pada acara-acara tertentu seperti selamatan atau syukuran. Disini pengunjung bisa menikmati hidangannya persis seperti biasanya yang digunakan untuk bancakan.”
“Iya, makasih mbak.”
Yang membuat sajian ini jadi nikmat maksimal, tentu saja cara penyantapannya yang beramai-ramai. Menu khas hajatan ala kampung ini tersaji kapan pun di mau. Paket sego atau nasi bancakan dihargai 180 ribu rupiah. Semua senang, semua kenyang.
“Disini tuh pemandangannya indah, makanannya enak, terus masih khas banget sama kampung gituh.”
Puas memanjakan lidah, cita rasa kampung kini memuaskan para penikmat pemandangan dan suasananya. Bagi yang ingin tinggal lebih lama bisa menginap di rumah-rumah kayu.
“Mengusung tema ramah lingkungan, semua kayu-kayu yang digunakan di kampung ini adalah kayu bekas pakai. Baik dari rumah-rumah yang lama dibongkar, kapal, maupun rel kereta api jaman dahulu. Dan kayu-kayu itu termasuk yang ada di vila ini.”
Semua bahan bahungan berbahan kayu disini di desain unik. Beragam konsep dipakai untuk mempercantik tampilannya.
“Ini adalah pos kamling atau tempat penjagaan yang ada di kampung-kampung jaman dulu, lengkap dengan kentongannya. Tapi lumbung jaga di kampung ini bisa digunakan untuk tempat bersantai.”
Memaksimalkan apa yang dimiliki alam dengan cara bijak, sekaligus menyenangkan pengunjung adalah konsep utama kampung wisata ini.
"Kampung Lumbung memiliki konsep yang ramah lingkungan. Jadi kita punya furniture yang re-use, layak pakai, bio pori, pemisahan sampah basah dan kering, dan juga varietas tanaman langka.”
Pemandangan khas pedesaan berupa sawah dan ladang juga turut menghiasi. Udara sejuk dan nuansa kampung ini hadir bak surga relaksasi dan memang, hanya itulah agenda wajib disini. Bersantai dan berkumpul. Teman terbaik saat ngumpul tentu saja santapan penggoyang lidah.
“Ternyata ini sumber goyang yang bikin saya laper. Dan barbeque di kampung ini memang beda dan unik. Karena saos yang digunakan adalah campuran dari tomato peace, ditambah dengan kecap dan sambel ulek. Hmmmm. . . .Saya mau coba bikin.”
Aneka olahan daging seperti sosis, bakso, daging ayam, dan ikan gurame, ditambah potongan paprika dan nanas, mandi bumbu khas kampung.
“Disini asri banget yah tempatnya. Benar kayak di kampung, kemudian disini makanannya barbeque juga benar kampung banget. Jadi setiap kali kesini, saya musti makannya makan barbeque kampung itu.”
Memanfaatkan alam dengan cara sederhana nyatanya ampuh sempurnakan akhir pekan.
“Menikmati barbeque memang paling cocok jika dimakan rame-rame, karena kuliner ala barat ini adalah teman untuk berkumpul di tempat seru."
Ayu Wardhani dan Deni Wahyudi melaporkan untuk Net.
Video:
Foto:
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
 |
Chef Dandung Santoso sedang memasak dengan mbak Ayu Wardhani
di Kampung Lumbung
|
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/