Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Berangkat dari konsep ramah lingkungan, mahasiswa Institut Teknologi dan Science Bandung yang berlokasi di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat melakukan pengembangan sepeda menggunakan teknologi solar panel surya. Sepeda energi dan energi bike, sebuah nama yang diberikan seorang gadis cantik asal Bekasi ini untuk sebuah pengembangan teknologi sepeda.
Giasha Lutfia, warga Lemah Abang, Bekasi, Jawa Barat ini mengembangkan sepeda energi. Bermula dari keperduliannya kepada krisis energi dan krisis ekonomi yang hingga kini masih menggunakan kusir atau batu bara untuk menciptakan energi dan tidak bisa diperbaharui.
Keunggulan sepeda bertenaga surya yang diciptakan dari anak kedua pasangan Encap Muhammad Hatta dan Nurhaida ini mampu berjalan sejauh 40 km dengan kecepatan 20 km per jam. Selain itu Giasha berharap nantinya langkah ini bisa diikuti oleh sejumlah rekan-rekan lintas profesi, sehingga penemuan transportasi dengan menggunakan tenaga surya ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat dan terutama bisa menghemat bahan bakar minyak.
Ridwan melaporkan untuk Net
Pasti penasaran kan, dengan siapa sih yang membuat sepeda luar biasa tadi yang digunakan oleh Shanaz sebagai tukang ojek sepeda keliling. Langsung saja Giasha Lutfia. Selamat Pagi. Boleh panggilnya Gias.
Nah, gias. Ini kan buat tugas akhir kamu kan. Saya pengen tahu dulu, dapat nilainya berapa waktu itu ??
“Dapat A.”
Tapi memang proyeknya soalnya 1 tahun dan memang mengembangkan ini, awalnya itu untuk apa yah. Kan kalau kita misalnya mendengar sepeda listrik saja itu sudah biasa. Tapi kalau sepeda listrik dengan solar panel atau tenaga surya ini kan baru. Bisa dapat inspirasi tentang ini tuh dari mana ??
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike, “Idenya, karena Gias pernah bekerja pada sebuah perusahaan pembuat solar sale. Dan karena Gias juga suka bersepeda, Gias berpikir kayaknya keren membikin sepeda bertenaga surya. Juga Gias perihatin terhadap krisis energi yang terjadi di Indonesia. Kita tahu listrik yang kita gunakan, ini kan disuplai dari energi fosil yang tidak dapat diperbaharui gitu yah. Salah satu alternatif untuk mengatasi krisis energi ini yaitu dengan memanfaatkan energi terbarukan. Nah Karena Gias background nya dari desain produk, jadi kegiatan ini bisa disosialisasikan dengan pendekatan desain produk industri, yaitu Gias dengan membuat sepeda bertenaga surya ini.”
Bicara mengenai desainnya, kalau saya lihat dibandingkan sepeda listrik pada umumnya. Disini tidak ada rantainya. Nah, jadi kalau andai kata misalnya lagi enggak ada matahari gitu, ini bagaimana caranya menjalankan sepedanya ?? Ngegoesnya gimana ??
“Ya. Ini pertimbangan Gias kenapa menghilangkan pedal dan rantai ini, karena sepeda ini dibuat untuk kampus Gias. Itu di ITSB. Jadi questioner yang waktu itu Gias sebar menghasilkan data, ternyata kegiatan mahasiswa ini per harinya kegiatan mahasiswa ini kurang dari 2 jam gituh. Pergi ke kampus, pulang kampus. Pergi makan, pulang makan. Terus juga, jarak tempuhnya kurang dari 40 km. Begitu nah, jadi dalam waktu 1 hari itu sepeda ini bisa meng-cover kegiatan mahasiswa. Jadi, pertimbangan itu yang membuat Gias menghilangkan pedal dan rantai.”
Oke, berarti ini bisa menempuh jarak sampai 40 km. Dan sudah adakah yang mencoba untuk menggunakan sampai sejauh itu. Teman-teman gituh ??
“Saya sendiri mencoba. Jadi setiap sepeda ini dibawa ke kampus, Gias bawa sendiri gituh.”
Cara kerjanya gimana sih ?? dari mulai matahari bisa diserap, kemudian dimanfaatkan. Termasuk juga tadi, kalau sekiranya tidak ada matahari, apakah sepeda ini masih bisa di gunakan ??
“Jadi alur arusnya, sinar matahari di serap oleh soral sel, kemudian dirubah menjadi energi listrik yang nanti akan ditampung ke baterai. Di dalam sana terdapat . . . . “
Di mana baterainya ?? Enggak kelihatan ??
“Ada disini. Tepat di bawah pijakan kaki.”
Ini tempat baterainya, juga bisa dijadikan tempat untuk taruh kunci disini ??
“Iya. Jadi sekaligus jadi tempat pijakan yah. Terus listriknya ditampung di baterai, kemudian dia sebelum di tampung baterai melalui controller terlebih dahulu. Jadi dia mengatur arus yang masuk ke dalam baterai. Jadi kalau baterai penuh, otomatis dia akan terputus. Jadi kalau kosong, dia akan otomatis mengisi. Kemudian juga dilengkapi oleh follow booster, itu fungsinya untuk mendistribusikan baterai dan arus listrik yang ada di baterai ke motor, kemudian ke klakson, dan ke lampu gituh.”
Kalau ini buat apa nih ??
“Itu untuk nanjak. Jadi, kalau nanjak, kecepatannya kan semakin berkurang. Jadi harus menekan tombol ini terlebih dahulu.”
Oke, yang sebelah kiri? . . . . .Klakson. Turbo mana turbon. Nanti bikin yang ada turbo yah. Ok berarti ini masuk ke sini. Jadi memang kalau memang sudah paham kinerjanya, saya pun masih bingung yah. Tapi bikinnya.
Berarti kamu berapa merakit sistemnya ??
“Kalau untuk keseluruhan, dari observasi itu sekitar 1 tahun jadi prototype.”
Baru 1 ini prototype nya. Ada rencana untuk mengembangkan lagi ??
“Ada. Pasti ada.”
Rencananya ??
“Mungkin tahun 2016 dan 2017, sepeda ini direncanakan akan diproduksi masal. Tapi ya perlu proses yang panjang.”
Berapa sih biaya untuk pembuatan sepeda ini ??
“Biaya keseluruhan, karena ini dibuatnya 1 piece. Jadi sekitar 10 juta mungkin yah. Tapi juga dihitung dari akomodasi.”
Kalau menurut kamu,
“Mungkin ini kalau akan diproduksi masal, harganya akan lebih terjangkau gituh. Mungkin sekitar 5 jutaan untuk 1 sepeda.”
Masternya sudah ada nih ya. Tinggal dikembangkan saja. Ada ini lagi nggak, maksudnya pengembangannya di desainnya atau sistem mesin ??
“Di prodigias, itu sudah terbentuk tim untuk memproduksi masal sepeda ini. Tapi ini masih dalam tahap pematangan proposal gituh. Jadi prosesnya juga masih panjang. Jadi kita akan desain ulang yang lebih baik. Kemudian dipilih juga material yang lebih ringan. Lebih kuat dan lebih terjangkau juga. Terus juga dari segi kecepatan, nanti akan ditambah. Kemudian kita juga akan membreak down komponen-komponen apa saja yang dibuat custom. Komponen apa saja yang eksis, nanti kita bisa menentukan produsen mana yang bisa mensuplai komponen-komponen”
Sepedanya bisa menopang berapa kilo ??
“Kira-kira 100 kg.”
Tapi kece banget produksinya. Terus berjuang dan semangat. Katanya tadi punya track record kemarin bikin furniture dan sebagainya ??
“Karena saya kuliah di desain untuk proses produksi. Jadi setiap semester kita membuat produk, tapi pendekatan juga berbeda gituh. Pendekatannya sosial budaya, kemudian pendekatannya teknologi gituh. Kita ini kan lebih kompleks gitu yah, sebelumnya dias pernah membuat solabot, itu menggunakan teknologi self surya. Tapi itu berupa alat peraga pendidikan untuk siswa SMP di mata pelajaran IPA, Fisika, dan bab energi yang untuk menerangkan cell surya ini kepada anak-anak SMP. Jadi cell surya ini bisa digunakan loh sehari-hari. Cahaya, suara, gerakan, itu bisa.”
Sampai sekarang support nya itu paling besar datang dari mana sih ??
“Kalau pemerintah, khususnya di Bekasi gituh. Belum gituh. Support terbesar dari kampus Gias sendiri. Dari Sinar Mas luar biasa juga supportnya. Dari masyarakat juga. Mungkin tahu beritanya, mereka sangat mengapresiasi.”
Ini setidaknya menjadi salah satu inspirasi nih, bahwa anak-anak muda Indonesia tidak kalah sama yang lain. Kan sudah masuk ke MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Kita juga enggak boleh kalah nih sama negara-negara lain.
Video:
Foto:
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
Giasa Lutfiah, perancang Energy Bike asal Lemah Abang |
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/