Karena di musim tersebut hasil panen buah salak sangat melimpah, sehingga hasil pemasaran pun sangat agak sulit dan harganya tidak stabil. Bertolak dari itu, konsulat Australia Dewan yayasan kalima jari membuat suatu terobosan dengan memberikan bantuan alat vakum praying dan tempat bangunan untuk memproduksi kepada kelompok kurdiguna sehingga pemanfaatan buah salak bisa lebih dikreasikan menjadi berbagai macam makanan dan juga minuman.
“Nama saya, Ni Nyoman Sucikan. Saya sebagai koordinator di salah satu usaha Unit Usaha Wedi Guna. Disini, Wedi Guna ini mengolah hasil pertanian buah salak, yaitu khususnya buah salak yang berdiri pada tahun 2006, yang sekarang sudah berdiri 6 tahun. Usaha Wedi Guna ini berawal dari anjloknya harga salak, yaitu pas panen raya harganya hanya 500. Kami disini Wedi Guna berinisiatif untuk mengajukan salah satu unit usaha, yaitu mengolah buah salak menjadi keripik salak dan manisan salak.”
Wedi Guna ini pertama kali dikasih bantuan dari pendamping yayasan kalima jari yang ada di denpasar, yaitu berupa 1 unit bantuan dari Australia, vakum praying, pengolahan buah salak menjadi keripik salak. Kebersihan dan kesterilan pembuatan dodol salak sangat diperhatikan oleh kelompok Wedi Guna yang beralamat di Banjar Telutup, Desa Sibetan, Kabupaten Karang asam, Bali.
Selain dodol salak, kelompok Wedi Guna juga memproduksi keripik salak dengan tetap menjaga kebersihan dan kesterilan dari proses pembuatan, sampai dengan proses pengemasan. Menjadikan hasil produksi Wedi Guna, kualitasnya sangat terjaga.
“Kelompok tani Wedi Guna ini dijadikan 2, yaitu antara kelompok tani dan unit usaha. Kalau kelompok tani khusus menyediakan baku yang jumlah kelompok taninya itu 15 orang. Dan unit usaha itu, khusus untuk proses pengolahan, yaitu jumlah karyawannya dari Juni 2006, yaitu 4 orang dan sekarang sudah menjadi 9 orang.”
Berawal dari berdirinya ini, khusus untuk pemasaran dan pengolahan buah salak menjadi keripik. Dari 2006, kita bermasalah pada pemasaran. Dibandingkan dengan sekarang, kita bermasalah di bahan baku atau stok. Karena peningkatan kapasitas proses produksi kita sangat kecil. Yaitu, untuk buah salak itu kita harus nyetok pada pas panen raya. Itu kita harus kerja sampai jam 11 malam untuk produksi untuk menghasilkan hasil yang semaksimal mungkin.
Untuk hasil olahan buah salak menjadi keripik. Dulu hanya karangasem saja dan sekarang sudah ke pusat oleh-oleh bali, airport, mahadewi, dan pusat oleh-oleh Bali di Denpasar. Untuk ekspor, kita menolak. Sudah ada dari Belanda, tapi kita menolak, karena kapasitas kita masih kecil.
Video:
Foto:
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/