Kenaikan BBM tahun lalu menjadi alasan saya berpikir untuk mencari kendaraan yang menggunakan energi alternati. Saya lalu membeli motor listrik bekas seharga 1 juta rupiah. Merasa kurang sreg dengan sistem motor listrik biasa, saya pun mengubah pengecasan dari 28 volt menjadi 12 volt. Pengurangan ini saya lakukan tanpa mengurangi kecepatan motor. Saya juga mengubah aliran listrik seri menjadi pararel. Beberapa lampu saya ganti menggunakan lampu LED. Untuk mempermak motor listrik menjadi yang saya inginkan, saya harus merogoh kocek sekitar 2 juta rupiah. Semua saya lakukan sendiri, gini-gini kan saya lulusan STM.
Ferdi Ardian, pengguna Motor Listrik Tenaga Surya, “Ide menggunakan solar panel, karena supaya bisa di chas di manapun selama ada sinar matahari. Itu eksperimennya sekitar 6 bulan. Setelah itu saya lepas dengan alasan karena merusak estetika dan menghambat angin. Jadi RPB dinamiknya jelek, terus menambah bobot motor itu sendiri.”
6 bulan berjalan, saya mencoba inovasi baru. Yakni membuat solar panel yang lebih besar. Solar panel itu saya simpan di atas rumah. Alhasil tak hanya kebutuhan motor saja yang terpenuhi, saya bahkan bisa memanfaatkan tenaga surya itu untuk memenuhi kebutuhan listrik di rumah. Penggunaan tenaga surya sebagai sumber energi membuat saya bisa menghembat pengeluaran untuk bensin hingga 2 kali lipat. Jika biasanya saya harus membeli BBM 6.500 rupiah per liter untuk menempuh 20 km, sekarang saya hanya butuh 300 rupiah saja untuk 150 watt listrik. Padahal caranya amat sederhana. Sekilas mirip dengan mengecas pat aliran listrik. Hanya saja listriknya didapat dari sinar matahari.
Ferdi Ardian, pengguna Motor Listrik Tenaga Surya, “Alat tambahan pada motor waktu penggunaan sinar panel cuma solar charge control. Jadi dia lebih simpel dari solar panel ke solar charge control atau regulator, terus ke baterai. Dah se simpel itu.”
Tak hanya menghembat uang bensin, penggunaan tenaga surya juga membuat tagihan listrik saya berkurang 100 sampai 150 rupiah per bulan. Disamping penghematan secara keuangan, penggunaan energi matahari merupakan bentuk sumbangsih saya terhadap lingkungan. Menurut Dewan Perubahan Iklim atau DNPI, 1 liter bensin mengeluar 2,35 kilo CO2 loh.
Ditambah pertumbuhan sepeda motor di Pontianak bisa mencapai 16,58 persen setiap tahunnya. Bisa dibayangkan, berapa karbon yang bisa dikurangi bila kita menggunakan energi alternatif. Inovasi yang saya buat juga memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Pontianak yang tepat berada di garis khatulistiwa rata-rata sinar matahari mencapai 5 kwh per meter persegi.
Andre, pengguna Energi Altenatif, “Tenaga energi listrik itu sendiri paling tidak bisa menghemat BBM, ramah lingkungan, terus dari segi kesehatan lingkungan yaitu, bebas polusi, irit dari segi keuangan karena enggak isi bensin. Paling nge charge gitu awalnya.” Langkah saya mungkin terlihat kecil. Namun saya yakin, akan sangat bermanfaat bagi bumi tercinta.
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/