Hidupkan lahan kering, sejumlah
petani membudidayakan pepaya calina atau California di kabupaten Lamongan.
Selain rasanya yang manis, buah yang dihasilkan dalam 1 pohon lebih banyak dan
tidak mengenal musim.
Sejak 2 tahun lalu, sejumlah petani
di desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan mulai membudidayakan
tumbuhan pepaya dengan jenis Calina. Dikembangkan oleh Institut Pertanian
Bogor, pepaya jenis ini tumbuh subur dengan buah yang melimpah.
Bukan tanpa sebab, petani
mengembangkan tanaman jenis ini karena tumbuh subur di lahan kering dan
gersang. Hal ini dilakukan karena lahan di desa Candisari mayoritas tak bisa
ditanam oleh tanaman padi, kedelai, ataupun jagung.
Kata Pak Sulaiman, “Hasilnya kalau
pepaya biasa hanya biasa-biasa saja. Tapi kalau, pepaya calina itu lebih
meningkat hasilnya. Mulai tanam itu, 7 bulan sudah mulai panen. 1 hektar lahan
bisa ditanam 1.000 hingga 1.500 pohon pepaya. 1 pohon bisa dipanen hingga 3
kali. Selain itu, harga jual pepaya calina relatif stabil berkisar antara 2
hingga 3.000 rupiah per kilogram.
Ujar Pak Kohar, “Kalau dari pepaya
calina ini, dari bentuk dia tidak terlalu besar. Artinya, orang lebih suka dari
bentuknya.” Terus, rasanya sendiri ?? “Rasanya sendiri, orang ketika sudah
merasakan pepaya calina, maka dia akan tahu merasakan atau bedanya dengan
pepaya lainnya. Pepaya Calina tingkat kemanisannya lebih tinggi dan tekstur
buahnya lebih keras.”
Keberadaan tanaman ini dirasakan
sangat membantu petani. Petani di daerah yang kering hanya mengandalkan air
hujan saja. Liputan melaporkan untuk.
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah segalanya bagi penulis. Deretan susunan kalimat, entah itu pro atau pun kontra. Interaksi tersebut, bagaimanapun juga bertujuan menciptakan diskusi yang membangun. Dan saya, Clenoro Suharto, merasakan manfaat itu. Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar pada blog https://rakyatjelataindonesiarajin.blogspot.com/